Sunday, January 11, 2009

Belajar Laksana Air...


“Men are soft and supple; dead, they are stiff and hard. Plants are born tender and pliant; dead, they are brittle and dry. Thus whoever is stiff and inflexible is a disciple of death. Whoever is soft and yielding is a disciple of life. The hard and stiff will be broken. The soft and supple will prevail.”

(Manusia itu lembut dan luwes; yang mati itu kaku dan keras. Tanaman dilahirkan lunak dan lentur; yang mati itu rapuh dan kering. Maka siapapun yang kaku dan tidak fleksibel adalah murid dari kematian. Siapapun yang lunak dan mengalah adalah murid dari kehidupan. Yang keras dan kaku akan hancur. Yang lembut dan luwes akan menang.)

- Lao-tzu -
Dalam buku saya “Becoming a Magnet of Luck : 10 Faktor yang Menjadikan Anda Magnet Keberuntungan” disebutkan bahwa fleksibilitas, kelenturan atau keluwesan merupakan salah satu faktor yang menjadikan seseorang lebih beruntung dalam kehidupannya dibandingkan dengan orang yang kaku dan terpaku. Yang lentur akan menang, yang kaku akan kalah dan mati, seperti kata Lao-Tzu berabad-abad yang lalu. Apalagi di zaman yang begitu cepat berubah ini, kelenturan menjadi semakin penting agar kita bisa tetap bertahan dan bertumbuh (survive and grow).

Lalu apa sih fleksibel itu ? Secara sederhana, fleksibel berarti lentur, luwes, bisa diganti-ganti, tidak kaku, mudah menyesuaikan diri. Tetapi lentur bukan berarti plin plan atau tak punya pendirian, melainkan lentur yang tegas atau dengan kata lain mudah menyesuaikan diri namun tetap asertif dan berwibawa.

Menurut pendapat saya, ada tiga dimensi fleksibilitas yang bisa terjadi. Yang pertama, kita perlu tetap fleksibel terhadap keinginan, tujuan atau sasaran yang telah kita canangkan. Tujuan atau sasaran yang telah kita rencanakan bukanlah ‘harga mati’ yang tidak boleh ditawar, walaupun pada hakekatnya lebih baik kita memiliki tujuan yang jelas dalam hidup ini dibandingkan dengan tidak memiliki tujuan sama sekali. Artinya goal setting atau well formed outcome harus tetap memperhatikan flexibility.

Fleksibilitas yang kedua adalah kita perlu fleksibel dalam hal cara atau strategi mencapai tujuan tertentu. Dengan kata lain, tujuannya tetap sama tetapi caranya bisa kita ubah-ubah. Bila cara A tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya, maka cobalah cara B, begitu seterusnya.

Sedangkan dimensi yang ketiga, kita perlu fleksibel dalam arti fisik kita, penampilan kita atau keadaan fisiologis kita. Fleksibilitas secara fisik berarti kita rileks, tidak tegang, tidak stress, kalem, ‘mengalir’ dengan lentur, santai tapi serius atau yang sejenisnya.

Air adalah contoh yang paling sempurna dari suatu kelenturan. Ketika ia mengalir secara normal di sungai, ia mengalir dengan penuh kelenturan. Ia tidak pernah memaksa batu karang agar minggir meninggalkan tempatnya. Ia tetap membiarkan sebatang pohon tetap berdiri tegak dengan akar-akarnya. Ia juga tak terlalu peduli dengan penghalang-penghalang yang lain. Namun air tetap mengalir dan bisa mencapai tujuannya. Ia berhasil melewati semua penghalangnya.

Air begitu lentur. Ia bisa meresap ke dalam tanah, pori-pori kayu, lapisan kertas, udara dan masih banyak yang lain.

Ia bisa sangat cair, lunak dan bisa juga keras seperi es batu. Air bisa bening atau keruh. Ia bisa menyatu dengan cairan yang lain tapi memisahkan diri dengan minyak. Ia mudah menyesuaikan diri dengan wadah dimana ia berada. Ia tidak melakukan perlawanan. Tapi jangan dikira ia lemah. Ia sanggup menghanyutkan kayu atau membawa onggokan sampah ke hilir. Jika perlu, ia bahkan bisa menghanyutkan rumah atau menenggelamkan sebuah pulau sekalipun.

Air juga sangat tekun. Dengan perlahan tapi pasti, tetesannya yang kecil akan mampu melubangi batu pualam yang keras.

Air adalah sumber keberuntungan. Ketika bertemu api, ia memadamkan dan mendinginkan panasnya. Ketika bertemu angin, ia menyejukkan dan menahan lajunya. Ketika bertemu tanah, ia menyuburkan dan membasahi yang kerontang. Ketika bertemu makhluk hidup, ia menghidupkan dan menyegarkan mereka.

Umpama pasukan perang, air tidak mengalahkan, tapi juga tidak mengalah. Mungkin mirip dengan falsafah Jawa “digdaya tanpo aji, nglurug tanpo bolo, menang tanpo ngasoraske” yang berarti “sakti tanpa ilmu kesaktian, datang tanpa pasukan, menang tanpa mengalahkan.”

Umpama pendekar kung fu, ia mirip jurus Tai Chi. Keperkasaannya melawan musuh bukan ditentukan oleh otot-otot yang tegang atau kekakuannya, melainkan oleh kelenturan gerakan tangan, kaki dan seluruh tubuhnya. Ia menundukkan kekerasan dengan kelembutan. Ia mengikuti dan menyesuaikan diri dengan gerakan lawan. Sang pendekar bergerak dengan gemulai, seolah tak bertenaga, tapi sangat dahsyat tenaganya. Ia mampu mengatasi kekuatan satu ton hanya dengan beberapa ratus kilo tenaga saja. Itulah kekuatan kelenturan yang seimbang.

Oleh sebab itu, maka belajarlah dari kelenturan air. Lentur yang seimbang. Lentur yang penuh ketegasan. Maka hidup Anda akan selalu dipenuhi dengan kesuksesan dan keberuntungan. Wish You Always Luck. (SA). Diambil dari kiriman email tapi kurang tahu sumbernya siapa..Semoga bermanfaat.

0 comments:

Post a Comment


Free Blogspot Templates by Isnaini Dot Com. Supported by Muscle Car Photos. Powered by Blogger