” Anakku, lihatlah stupa di puncak candi itu, manis dan indah bukan? tetapi ketahuilah, bahwa stupa itu tak kan berada di puncak candi jikalau tidak ada batu-batu dasar yang mendungkungnya. itulah ibaratnya rakyat jelata, itulah gambaran para budak dan hamba sahaya para raja. Oleh sebab itu, jikalau Tuhan memang mentakdirkan dirimu menjadi raja, janganlah kau lupa kepada rakyat jelata yang menaikkan dirimu ke atas puncak dari segala puncak kemegahan kerajaan warisan nenek moyangmu.Cintailah dan hargailah sesamamu, terutama rakyatmu yang menderita dan memerlukan uluran tanganmu”.
“Ayah dan bunda, mohon ampun bila keputusan saya tak sesuai dengan keinginan ayah-bunda, namun demi pertimbangan kemanusiaan: saya berkeberatan untuk menerima mahkota dan singgasana kerajaan”.
“Bagi saya tidaklah penting siapa yang duduk di atas singgasana dan menjadi raja, sebab kunci pelepas kesengsaraan kaum pribumi, yaitu seluruh bangsa kita tidak terletak pada soal: siapa yang menjadi raja, namun jawaban atas satu pertanyaan: Siapakah yang mau berjuang membebaskan bangsa kita dari kemiskinan, kebodohan, keruwetan dan segala permasalahan ini”.
Pesan yang bagus untuk mengingatkan kita menjelang diadakannya Pemilu. Namun bagi saya, yang terpenting dalam memilih pemimpin, haruslah memilih pemimpin yang meneladani sifat-sifat rosululloh Muhammad SAW, juga menjadi pemimpin yang di-filosofi-kan saat melakukan sholat. Dimana sebelum melakukan sholat kita wajib mensucikan diri dari berbagai kotoran najis, kemudian mengutamakan niat utama yang ikhlas demi memperoleh ridho Allah SWT semata dalam mengerjakan sholat (Niat melakukan Sholat apa kita??) kemudian mengerjakan rukun-rukun dalam sholat secara tertib, apabila kita ditengah perjalanan sholat kita batal maka haruslah mau mundur meskipun hanya antara kita dan Allah SWT yang tahu. Dan masih banyak lagi yang terkandung dalam sholat. Selain itu,
Dalam hadist yang Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. berkata,
Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa memilih seseorang menjadi pemimpin untuk suatu kelompok, yang di kelompok itu ada orang yang lebih diridlo’i Allah dari pada orang tersebut, maka ia telah berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman.”
Subhanallah, memilih pemimpin tidaklah perkara sederhana, ia merupakan hajat besar kehidupan manusia. Memilih pemimpin tidak sekedar perkara cabang dalam agama, namun bagian dari masalah prinsip.
Dalam komunitas kecil saja, memilih pemimpin harus bertanggung jawab, apalagi memilih pemimpin untuk mengurus suatu Bangsa, Propinsi, Kabupaten dst. Demikian pula pada Pemilu 2009, dimana merupakan pesta rakyat dalam memilih pemimpin yang akan menentukan nasib dan arah bangsa ke depan.
Sungguh, penisbatan berkhianat kepada Allah swt, Rasul-Nya dan kaum mukminin, merupakan ancaman keras bagi siapapun yang tidak bertanggung jawab dalam memilih pemimpin.
Untuk itu saudaraku, agar kita terhindar dari ancaman ini, marilah kita perbanyak informasi, pengetahuan terhadap calon-calon pemimpin yang ada, untuk selanjutnya kita pilih sesuai hati nurani kita. Dan Kita berlindung kepada Allah swt, agar tidak termasuk dalam katagori ancaman hadits ini. Amin Yaa Rabbal ‘Aalamin. Allahu A’lam.
sumber: alangalangkumitir,dakwatuna.com, aQdw.